Minggu, 10 Februari 2013

apakah orang kristen bisa murtad????


Oleh: Pdt. Roby Setiawan, Th.D.[1]

Dahulu si Jenny itu aktif ke gereja. Ia, bahkan pernah menjadi ketua komisi Remaja di gereja kami. Tetapi sayang, ia berpacaran dengan orang non-Kristen dan menikah dengannya. Sudah lima tahun ini, Jenny tak pernah ke gereja, bahkan kedengarannya ia malah melarang kedua anaknya untuk Sekolah Minggu. Apakah si Jenny sudah murtad?
Pertanyaan seperti itu sering menjadi bahan diskusi di antara umat Tuhan. “Apakah orang Kristen bisa menjadi murtad[2]?” Untuk menjawabnya, mari kita ikuti diskusi berikut ini.
Teologia keselamatan yang Alkitab ajarkan adalah bersifat Theocentris, yakni: Allah yang berinisiatif menyelamatkan manusia. Setelah Adam dan Hawa jatuh ke dalam dosa, Allah-lah yang mencari manusia dengan pertanyaan, “Di manakah engkau?” Menarik untuk diper-hatikan, Allah tidak bertanya, “Apa yang engkau per-buat?” Ia bertanya, “Di manakah engkau?” Berarti, di hadapan Allah, yang terlebih dahulu diperhatikan adalah posisi dan status manusia bukan perbuatan mereka. Perbuatan adalah ‘buah’ dari posisi atau status manusia. Misalnya: jikalau statusnya adalah sebagai ‘orang berdosa’, maka perbuatannya pastilah dosa.
Di dalam bagian firman lainnya dikatakan, bahwa Allah telah memilih umat-Nya sebelum dunia diciptakan (Ef. 1:4). Pilihan ini tidaklah berdasarkan sifat keadilan[3] tetapi kasih karunia Allah (Roma 3:24). Jikalau berdasar-kan sifat keadilan-Nya, maka tidak ada seorang manusiapun yang layak dipilih dan diselamatkan, karena setiap manusia adalah pendosa.
Pilihan Allah juga tidak berdasarkan sifat kemaha-tahuanNya. Maksudnya, ada sebagian penafsir mengata-kan, bahwa Allah sudah sejak dahulu kala mengetahui bahwa seseorang akan percaya kepada-Nya; oleh karena itu orang itu dipilih-Nya. Penafsiran ini mendahulukan respon manusia daripada inisiatif Ilahi. Padahal, bagaimana orang berdosa bisa dan mau percaya kepada Tuhan Yesus jikalau tanpa pertolongan Roh Kudus? Bukankah Paulus pernah berkata, “Tidak ada seorangpun yang dapat mengaku, ‘Yesus adalah Tuhan’, selain oleh Roh Kudus” (1 Kor. 12:3c).
Dapatkah manusia yang berdosa memilih untuk percaya kepada Allah di dalam Yesus Kristus? Bukankah manusia seringkali salah pilih, misalnya: salah pilih buah, salah pilih barang, salah pilih partner hidup, dll? Untuk hal yang kelihatan saja, manusia seringkali salah pilih, apalagi memilih Allah yang tidak terlihat. Oleh karena itu, Yesus pernah berkata, “Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu....” (Yoh. 15:16).
Allah yang memilih, Dia juga yang melakukan follow up (tindak lanjut) atas pilihanNya itu, seperti yang tertulis di dalam Roma 8:29-30,

“Sebab semua orang yang dipilihNya dari semula, mereka yang ditentukanNya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya, supaya Ia, AnakNya itu, menjadi yang sulung di antara banyak saudara. Dan mereka yang ditentukanNya dari semula, mereka itu juga yang dipanggilNya. Dan mereka yang dipanggilNya, mereka itu juga yang dibenarkanNya. Dan mereka yang dibenarkanNya, mereka itu juga yang dimuliakanNya.”

Allah yang memilih, kemudian Ia menentukan, memanggil, membenarkan dan memuliakan umat pilihan-Nya. Allah senantiasa berkarya secara tuntas. Rencana-Nya tidak pernah gagal, seperti yang dikatakan Ayub, “Aku tahu, bahwa Engkau sanggup melakukan segala sesuatu, dan tidak ada rencanaMu yang gagal” (Ayub 42:2).
Jikalau ada sebagian umat pilihanNya murtad, bukankah itu berarti bahwa rencana-Nya gagal? Itu tidak mungkin! Umat pilihan Allah pasti dipelihara iman dan ketekunan mereka sampai pada akhirnya. Allah itu setia adanya, dan kesetiaanNya itu melebihi ketidak-setiaan manusia (Fil. 1:6; Roma 11:29; 2 Tim. 2:13).
Umat pilihan Allah tidak identik dengan semua orang yang mengaku diri ‘Kristen’. Sebab, ada orang yang mengaku ‘Kristen’ tetapi belum sungguh-sungguh percaya dan menerima Tuhan Yesus sebagai Juruselamat di dalam hati mereka. Kekristenan mereka hanya sekedar tradisi dan belum dilahir-barukan oleh Roh Kudus. Sebaliknya, mungkin saja ada sebagian orang yang karena tekanan tertentu dari masyarakat, belum bisa pergi ke gereja. Tetapi di dalam hati mereka sudah beriman kepada Tuhan Yesus Kristus. Pada saatnya, mereka akan secara terus-terang menyatakan iman mereka di hadapan orang banyak.
Umat pilihan disebut sebagai ‘milik pusaka’ yang dikaruniakan Bapa kepada sang Anak (Maz. 2:8). Di dalam kitab Injil, umat pilihan-Nya disebut sebagai ‘domba-domba Tuhan’ yang dikaruniai hidup kekal. Mereka berada di dalam perlindungan tangan Anak dan Bapa, dan tidak ada seorangpun yang dapat merebut mereka dari tangan Bapa dan Anak (Yoh. 10:27-30).
Di dalam perumpamaan ‘Anak yang terhilang’, yang terhilang adalah ‘anak’ (Luk. 15). Si bungsu terhilang karena selalu ingat hak dan lupa kewajibannya; akibat-nya dia berfoya-foya, memuaskan nafsunya sendiri dan lupa untuk melayani Bapanya (Luk. 15:12). Sedangkan si sulung juga terhilang karena selalu ingat kewajiban dan lupa haknya sebagai anak. Si sulung memang rajin melayani, tetapi pelayanannya dilakukan dengan mentalitas seorang budak, yakni secara terpaksa dan tidak ada sukacita. Seharusnya, si sulung melayani Bapanya dengan mentalitas seorang anak yang melayani secara penuh kasih (bnd. ay. 29-31). Untuk menyadarkan si bungsu, ia diijinkan masuk kandang babi, dan dihina lebih rendah dari babi (ay. 16). Barulah setelah itu si bungsu bisa menghargai kasih Bapanya. Tuhan bisa memakai berbagai macam pengalaman hidup yang pahit untuk membawa umatNya yang terhilang untuk bertobat dan kembali ‘ke rumah Bapa’.
Umat pilihan Allah mungkin melakukan dosa terha-dap Roh Kudus, yakni ‘mendukacitakan’ atau ‘mema-damkan’ Roh Kudus (Ef. 4:30; 1 Tes. 5:19). ‘Mendukacita-kan Roh Kudus’ berkaitan dengan perbuatan moral yang tidak sesuai dengan kesucian Tuhan. ‘Memadamkan Roh’ berhubungan dengan sikap perlawanan seseorang terhadap gerakan Roh yang mendorongnya untuk melayani Tuhan. Jikalau kedua dosa itu dilakukan, maka orang itu akan didisiplin oleh Roh Kudus.
Dosa ‘menghujat Roh Kudus’ tidak mungkin dilaku-kan oleh umat pilihan-Nya (Mat. 12:31-32). Dosa ini bisa terjadi pada diri orang-orang yang belum percaya kepada Tuhan Yesus. Maksudnya adalah: Roh Kudus telah bekerja berulang kali untuk menyadarkan seseorang agar bertobat (Yoh. 16:8-10); namun, orang itu terus-menerus mengeraskan hatinya,  bahkan sampai saat kematiannya. Orang itu sudah jatuh ke dalam dosa ‘menghujat Roh Kudus’.
Bagaimana dengan Yudas Iskariot? Bukankah ia pernah dipilih, bahkan menjadi salah satu rasul Tuhan, namun murtad? Injil Yohanes 17:12 menjawab hal ini. Tuhan Yesus menyebut Yudas Iskariot sebagai: “dia yang telah ditentukan untuk binasa” (the son of perdition/ destruction=anak kebinasaan[4]). Jadi, Yudas Iskariot sebe-narnya bukan termasuk ‘umat pilihan Allah’ yang dipilih sebelum dunia diciptakan, walaupun ia pernah diberi kesempatan untuk menjadi salah satu rasul Tuhan, bahkan pernah menjadi bendahara-Nya, walaupun korupsi (Yoh. 12:5-6).
Kitab Ibrani 6:4-6 sering diperdebatkan dan disalah-tafsirkan oleh sebagian orang,

“Sebab mereka yang pernah diterangi hatinya, yang pernah mengecap karunia Sorgawi, dan yang pernah mendapat bagian dalam Roh Kudus, dan yang mengecap firman yang baik dari Allah dan karunia-karunia dunia yang akan datang, namun yang murtad lagi, tidak mungkin dibaha-rui sekali lagi sedemikian, hingga mereka bertobat, sebab mereka menyalibkan lagi Anak Allah bagi diri mereka dan menghinaNya di muka umum”.

Siapakah orang yang paling cocok menjadi contoh dari ayat di atas? Yudas Iskariot adalah contoh yang sangat jelas. Ia pernah diterangi hatinya, pernah mengecap karunia Sorgawi, pernah mendapat bagian dalam Roh Kudus. Bukankah Yudas Iskariot, bersama dengan kesebelas rasul lainnya, pernah diutus oleh Tuhan Yesus dan diperlengkapi dengan  kuasa Roh untuk melakukan mujizat serta mengusir roh jahat (Mat. 10:5-8)? Ia juga pernah mengecap firman yang baik, bahkan langsung diajar oleh Sang Firman Hidup yakni Tuhan Yesus sendiri. Ia-pun pernah mengecap karunia-karunia dunia yang akan datang, yakni melihat dan mengalami berbagai mujizat dari Tuhan Yesus. Namun, Yudas Iskariot bukanlah bagian dari umat pilihan Allah. Dia kembali ke jalannya yang semula, yakni jalan orang berdosa. Penebusan bukanlah untuk orang-orang  seperti ini. Anak Allah tidak mungkin disalibkan lagi.
Jikalau umat pilihan Allah tidak mungkin murtad, apakah itu berarti bahwa mereka bisa hidup semba-rangan saja? Tidak boleh!  Sebab Roh Kudus dikarunia-kan untuk membimbing, menguatkan, menegor dan mendisiplin setiap umat Tuhan (bnd. Ibr. 12:5-9). Mungkin saja, untuk sementara waktu, beberapa umat Pilihan Tuhan seperti undur dan ‘terhilang’.  Mereka tidak lagi setia berbakti dan melayani-Nya selama beberapa saat. Namun, Tuhan pasti memberi kesempatan bagi mereka untuk bertobat selagi masih hidup di dunia. Benarlah seperti yang dituliskan oleh rasul Paulus, “Jika kita tidak setia, Dia tetap setia, karena Dia tidak dapat menyangkal diriNya” (2 Tim. 2:13). “Sebab Allah tidak menyesali kasih karunia dan panggilan-Nya” (Roma 11:29).
Apakah umat pilihan Allah akan dihakimi oleh Allah pada akhir jaman nanti?  Ya! Allah yang adil akan meng-hakimi semua manusia, termasuk umat pilihanNya. Bahkan, umat-Nya akan dihakimi lebih dahulu, seperti yang dikatakan oleh rasul Petrus,

Karena sekarang telah tiba saatnya penghakiman dimulai, dan pada rumah Allah sendiri yang harus pertama-tama dihakimi. Dan jika penghakiman itu dimulai pada kita, bagaimanakah kesudahannya dengan mereka yang tidak percaya pada Injil Allah?  Dan jika orang benar hampir-hampir tidak diselamatkan, apakah yang akan terjadi dengan orang fasik dan orang berdosa?” (1 Pet. 4:17-18).

Hal yang senada diajarkan oleh rasul Paulus di dalam suratnya kepada jemaat Korintus,

“Karena tidak ada seorangpun yang dapat meletakkan dasar lain daripada dasar yang telah diletakkan, yaitu Yesus Kristus. Entahkah orang membangun di atas dasar ini dengan emas, perak, batu permata (cat.: benda-benda yang sudah lewat dari  api pengujian), kayu, rumput kering atau jerami (cat.: benda-benda yang belum lewat api pengujian), sekali kelak pekerjaan masing-masing orang akan nampak. Karena hari Tuhan akan menyatakan-nya, sebab Ia akan nampak dengan api dan bagaimana pekerjaan masing-masing orang akan diuji oleh api itu. Jika pekerjaan yang dibangun seseorang tahan uji, ia akan mendapat upah. Jika pekerjaannya terbakar, ia akan men-derita kerugian, tetapi ia sendiri akan diselamatkan, tetapi seperti dari dalam api(1 Kor. 3:11-15).

Umat Allah akan dihakimi berdasarkan keadilan-Nya, dan mereka akan diselamatkan berdasarkan kasih karunia Ilahi. Dari 1 Kor. 3:11-15, kita bisa simpulkan, bahwa penghakiman Tuhan bagi umat pilihanNya bukanlah untuk menentukan keselamatan, tetapi untuk menentukan ‘upah’ (hadiah dan pahala). Di dalam upacara wisuda, semua wisudawan pasti lulus. Namun, ada beberapa orang yang mendapatkan kemuliaan khusus, yakni karena prestasi, kerajinan dan ketekunan, mereka mendapat ‘award’ (hadiah) dari almamater. Tentunya, kebahagiaan yang mereka rasakan dan alami jauh melebihi dari para wisudawan lainnya yang hanya sekedar lulus.
Jadi kesimpulannya: apakah orang Kristen bisa murtad?  Bisa saja! Tetapi, umat pilihan Tuhan tidak akan  murtad. Iman mereka akan dipelihara oleh kesetiaan Allah sampai pada akhirnya. Biarlah segala kemuliaan bagi nama Tuhan saja, “Sebab segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia: Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya” (Roma 11:36).


[1] Pdt. Roby Setiawan pernah belajar teologia secara formal di INALTA Jakarta, SAAT Malang, IFTK Jaffray-Jakarta, PBTS – Baguio City-Philipinnes, dan mendapat gelar Doctor of Theology di Asia Baptist Graduate Theological Seminary-Baguio City, Philippines bidang Practical Theology (1996).
[2] Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata ‘murtad’ diartikan sebagai berbalik arah, berbalik menjadi kafir, membuang iman, dan berganti menjadi ingkar.
[3] Keadilan bukanlah sama rata. Keadilan berarti setiap orang memperoleh bagiannya sesuai dengan hak dan kewajibannya.
[4] Terjemahan ‘dia yang telah ditentukan untuk binasa’ kurang tepat. Yang benar adalah ‘anak kebinasaan’. Sebagai perbandingan-nya, kalimat “dia yang telah ditentukan untuk nakal” adalah tidak sama dengan: “dia adalah anak nakal”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar