Minggu, 15 Mei 2011

Apakah Nama ‘Allah’ Bisa Digunakan? Oleh: Pdt. Roby Setiawan, Th.D.

Ada sebagian kelompok Kristen mempermasalahkan penggunaan nama ‘Allah’. Menurut mereka, nama ‘Allah’ adalah nama dewa air bangsa Arab atau nama dewa yang disembah penduduk Mekah dan suku Quraisy. Mereka berusaha mengajak umat Kristen dari berbagai denominasi gereja untuk mengganti penggunaan nama ‘Allah’ dan ‘Tuhan’ menjadi: Elohim (El) dan Yahweh. Nama apakah yang paling tepat untuk memanggil Sang Pencipta kita? Mari kita ikuti pembahasan berikut ini. Ada enam kata Ibrani yang dipakai di dalam PL untuk menyebut diri ‘Allah’, yakni:

1. Elohim (disebutkan 2.701 kali). Kata ini adalah bentuk plural dari Eloah dan berarti: Allah yang tertinggi dan Pencipta. Kata ini menunjuk pada hubungan Allah sebagai Pencipta dengan manusia. Secara etimologi, kata Elohim tidak jelas latar belakangnya. Kata itu mungkin berasal dari akar kata yang berarti: KUAT. Kata ini juga dipakai untuk menyebut dewa/i penyembahan berhala (Kej. 31:30; Kel. 12:12).

2. El (disebutkan 220 kali). Kata Nama EL adalah kata dasar untuk keilahian yang terdapat dalam berbagai bentuk di rumpun bahasa Semitic kuno. Kata ini sangat mungkin berasal dari kata Ul yang berarti: menjadi yang pertama, menjadi tuan, kuat dan ber-kuasa. Kata ini muncul 220 kali, khususnya di kitab Ayub, Mazmur dan Yesaya. Kata ini sering disertai dengan kata sifat tertentu, misalnya: El-Shaddai (Allah mahakuasa, Kej. 17:1), El-Elyon (Allah maha tinggi, Kej. 14:20), dll.[1] Menurut text-text Ugarit (abad 14 SM), nama EL dipakai untuk menyebut dewa tertinggi dari dewa/i orang Kanaan. Yakub berkata, “El, the God of Israel” (Kej. 33:20).

1.         Eloah (tertulis 56 kali). Kata ini berarti: ketuhanan, yang ilahi, dan Allah. Biasanya, kata ini dipakai dalam bentuk puitis (Ul. 32:15; Mz. 50:22; Am. 30:5). Kata Eloah tertulis 41 kali di dalam kitab Ayub (ps. 3:4,23; 4:9,17; 5:17, dll). 

Jadi, nama El, Eloah, dan Elohim adalah sebutan umum yang dipakai pada waktu itu; maksudnya adalah bangsa-bangsa non-Yahudi pada waktu itu juga menggunakannya.[2]   

2.         Elah (tertulis 76 kali). Kata ini diterjemahkan sebagai “Allah”. Kita bisa mendapatkannya di dalam kitab Ezra (4:24; 5:1-17; 6:3-18, dll) dan kitab Daniel (2:11-47; 3:12-29; 4:2-9, dll).

3.         Tsur. Kata ini hanya 1 kali, yakni Yesaya 44:8. Kata ini berarti: Gunung Batu dan tempat perlindungan.

4.        Yahweh (tertulis 6.437 kali). Yahweh adalah nama khusus (nama perjanjian) yang dinyatakan Allah kepada umat-Nya. Kata ini berasal dari 4 huruf konsonan bahasa Ibrani: YHWH (tanpa huruf hidup). Bentuknya yg lebih pendek adalah YAH (Kel. 15:2, “YAH adalah kekuatanku”). Bandingkan kata “Hallelu-YAH—yg berarti: puji YAH. Kata ini sering muncul di kitab Mazmur. Pelafalan dari kata YHWH di dalam PL tidaklah pasti, karena pada kata aslinya tidak ada huruf  hidupnya (cat.: huruf hidup itu baru ditambahkan di  salinan PL dalam Masoretic Texts[3]). Nama YHWH dianggap terlalu kudus untuk dilafalkan (bnd. Kel. 20:7; Im. 24:11).
Barulah Clement dari Alexandria (meninggal th 212 M) melafalkan YHWH sebagai Iaue atau Iauai. Origen (meninggal th. 253 M) melafalkannya: Iae. Menurut Theodoret (meninggal th. 457 M), ahli transliterasi kitab suci ke

dalam bahasa Yunani, berkata bahwa masyarakat Samaria melafalkannya: Iabe atau Iaba.

Sedangkan dalam bahasa Inggrisnya, nama YHWH disebut JEHOVAH. Sebutan ini merupakan kombinasi antara konsonan: YHWH ditambah dengan huruf hidup dari kata ADONAI (Tuhan).[1]

Pada umumnya banyak ahli setuju bahwa kata YHWH berkaitan dengan kata HAWA (bentuk kuno dari kata HAYAH) yang berarti: be, become, happen (adalah, menjadi, dan terjadi). Jadi, nama YHWH berhubungan dengan kata kerja aktif dan dinamis.

Di dalam Keluaran 3:14, Allah menyebut Diri-Nya sebagai: EHYEH ASYER EHYEH (“Aku adalah Aku”). Kata Ehyeh dalam tata bahasa Ibrani adalah bentuk qal imperfect dari kata HAYAH.  Abram telah mengenal nama YHWH  (Kej. 15:7-8), “…I am YHWH who brought you out of Ur …. And he said, My Lord YHWH ….” (Aku adalah YHWH yang telah membawa engkau keluar dari Ur…. Dan dia berkata, Tuhanku YHWH ….).

Hagar juga mengenal nama itu. “Kemudian Hagar menamakan YHWH yang telah berfirman kepadanya itu dengan sebutan ‘Engkaulah EL-ROI.’ Sebab katanya: ‘Bukankah di sini kulihat Dia yang telah melihat aku?” (Kej. 16:13).

Nama itu diperkenalkan kepada Yakub, “And, behold, YHWH stood above it and said, I am YHWH, the  God of your father Abraham, and the God of Isaac ….” (Dan, lihat, YHWH berdiri di atasnya dan berkata, Akulah YHWH, Allah nenek-moyangmu Abraham, dan Allah dari Ishak (Kej. 28:13a).

Di dalam Keluaran 6:2-3 Tuhan berkata, “Akulah TUHAN (YAHWEH), Aku telah menampakkan Diri kepada Abraham, Ishak, dan Yakub sebagai Allah (EL) yang Mahakuasa (SHADDAY), tetapi dengan nama-Ku TUHAN (YHWH) Aku belum menyatakan diri.” Maksud dari ayat ini adalah kepada nenek moyang Musa, Allah telah menyatakan Diri sebagai Allah yang mahakuasa dan memberikan banyak janji kepada mereka. Namun, janji-janji itu (cat: yang berkenaan dengan tanah perjanjian) baru digenapi pada jaman Musa dan generasi selanjutnya. Nama YHWH adalah berkaitan dengan the covenant name of God (nama dari Allah yang berjanji).

Di dalam Yes. 42:8 tertulis, “ Aku ini YHWH, itulah namaKu . . . .” Apakah benar bahwa YHWH adalah satu-satunya nama Allah? Di dalam ayat-ayat lainnya, nama YHWH disejajarkan dengan nama ELOHIM atau EL; ketiga nama itu dipakai secara bergantian, misalnya:

Yes. 43:12b, “… Kamulah saksi-saksiKu,” demikianlah firman YHWH, “dan Akulah EL.
Yes. 45:14b, “Beginilah firman YHWH, ‘. . .  mereka akan sujud kepadamu dan akan membujuk engkau, katanya: Hanya di tengah-tengahmu ada EL, dan tidak ada yang lain; di samping Dia tidak ada ELOHIM.

Selain itu ada satu kata lainnya, yakni: ADONAI. Kata ini sulit ditelusuri asal muasalnya. Namun makna dasarnya di dalam bhs Ibrani adalah: lord, master, sir. Sarah menyebut suaminya “adonai” (Kej.18:12). Adonai bisa berarti: tuan dari budak  (Kel. 21:5) dan orang-orang tertentu yang memiliki otoritas.  Kata ini dikenakan kepada Allah yg menunjuk pada kekuasaan-Nya (Maz. 2:4, “Adonai mengolok-olok mereka”. Yesaya 7:7, “Thus says ADONAI YHWH….”

Kata Adonai lebih sering muncul bersamaan dengan kata YHWH, dan diterjemahkan dalam bahasa Inggris “the Lord GOD” (Yes. 61:1) untuk membedakannya dengan “the Lord God” (Yahweh Elohim, Ezr. 9:15).  Karena rasa hormat yang sangat besar kepada nama YHWH, maka nama YHWH diganti dengan ADONAI di dalam bahasa lisan dan tulisan.

Pada abad ketiga sebelum Masehi, Eliezer, Imam Besar agama Yahudi pada waktu itu di Yerusalem mengirim 72 imam atau tua-tua Israel kepada raja Ptolomeus Philadelfus di Iskandaria (Afrika Utara) untuk menerjemahkan Alkitab Ibrani (PL) ke dalam bahasa Yunani yang kemudian dikenal dengan nama SEPTUAGINTA (LXX). Di dalam LXX ini nama “EL / ELOHIM / ELOAH” diterjemahkan menjadi THEOS dan nama YHWH diterjemahkan menjadi KURIOS.[1] Nama-nama Yunani itu kemudian dipakai juga oleh Tuhan Yesus, misalnya:

a.         Yesus menjawab mereka, . . . . Akulah THEOS Abraham, THEOS Ishak dan THEOS Yakub . . . . “ (Mat. 22:29,32).
b.         “Maka berkatalah Yesus kepadanya, ‘Enyahlah, Iblis! Sebab ada tertulis: Engkau harus menyembah
KURIOS, THEOS-mu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti!” (Mat. 4:10).

a.         Sewaktu di atas salib, Tuhan Yesus pernah berseru dengan suara nyaring, “ELI, ELI, lama sabakhtani? Artinya: THEOS-Ku, THEOS-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?” (Mat. 27:46). Di sini Tuhan Yesus memakai dialek bahasa Aramaic yang dikutipNya dari Mazmur 22:2. Menurut penelitian para ahli Kitab Suci, bahasa yang digunakan semasa Tuhan Yesus melayani di dunia ini adalah bahasa Yunani. Bahasa ini dipakai sebagai bahasa komunikasi umum regional, dan bahasa Aram sebagai dialek lokal di Palestina (cat.: menurut para ahli, Tuhan Yesus berbicara di dalam bahasa Aramaic). Bahasa Aram memiliki kemiripan dengan bahasa Ibrani.

Padahal, kata THEOS dipakai pula untuk menyebut dewa-dewi kafir (Kis. 28:6; 1 Kor. 8:5). Demikian pula dengan kata KURIOS juga dipakai untuk menyebut ilah-ilah  (1 Kor. 8:5). Namun, di dalam kekristenan, kedua kata itu diberi pemahaman yang baru.

Dari manakah asal-muasal kata “Allah” itu? Berikut ini adalah penjelasannya. Nama diri Allah (EL) yang monotheis Abraham itu kemudian terus-menerus dipercayai keturunan Abraham dan Hagar, yakni Ismael. Nama EL itu kemudian berkembang dalam dialek Arab sebagai ALLAH.  Penulis di dalam Encyclopaedia Britannica menjelaskan sbb,

“Kata ‘Allah’  berasal dari bahasa Arab yang dipakai oleh orang Muslim dari berbagai bangsa untuk menyebut satu-satunya Allah yang benar. Kata ini merupakan gabungan dari kata ‘Al’ dan  ‘Ilah’ (cat.: kata ‘al’ adalah definite article). Kata ‘Allah’ ditemukan di inskripsi-inskripsi (monumen dari batu) di Syria dan Arab pada masa sebelum munculnya agama Islam.”[1]

Jadi, nama ‘Allah’ berasal Al-Ilah yang berarti: The God. Nama ini merupakan sebutan standard dalam bahasa Arab untuk God. Kata ini dipakai baik oleh masyarakat Arab yang beragama Kristen maupun Islam.

PESHITA adalah Alkitab terjemahan bahasa Aram-Siria. Kitab ini ditemukan pada awal abad kelima (2 abad sebelum agama Islam lahir). Di dalamnya dituliskan kata ALAHA untuk menyebut EL / ELOHIM / ELOAH. Ini

membuktikan, bahwa jemaat Gereja Orthodox Siria telah lama menggunakan nama ALLAH. [1]

Namun, pada masa JAHILIYYAH di Mekah, nama AL-ILAH kemudian mengalami kemerosotan pemaham-annya. Nama itu dipakai untuk menyebut dewa air atau dewa-dewa lainnya, seperti dewa bulan, dewa gunung, dsb.

Menurut DR. Daud H. Soesilo (konsultan Lembaga Alkitab se-dunia), kata ALLAH, dalam Alkitab terjemahan bhs. Melayu dan bhs. Indonesia sudah digunakan terus-menerus semenjak terbitan Injil Matius dalam bhs. Melayu yang pertama, yakni terjemahan Mr. Albert Corneliz Ruyl (1629); begitu pula di dalam terjemahan Alkitab bhs. Melayu yang pertama (oleh Mr. Melchior Leijdekker, 1733), dan terjemahan Alkitab Melayu yang kedua (oleh Mr. Hillebrandus Cornelis Klinkert, 1879) sampai saat ini.[2]

Setelah kita mengikuti uraian di atas, maka berikut ini adalah kesimpulannya:

1.      Sang Pencipta pernah memperkenalkan DiriNya kepada manusia dengan memakai berbagai nama yang dipahami oleh manusia dari berbagai bangsa. Di dalam Alkitab, Dia pernah menamakan Diri-Nya sebagai: El, Elohim, Eloah, Elah, Tsur, Adonai, YHWH, Theos, dan Kurios.

2.      Di dalam masyarakat Arab, Sang Pencipta dipanggil dengan nama ALLAH. Dalam masyarakat Cina, Ia disebut dengan nama SHANG TI[3]. Orang yang ber-bahasa Inggris menyebut-Nya sebagai GOD[4]. Bangsa-bangsa lainnya pasti mempunyai panggilan yang berbeda pula.


[1] Herlianto, 64.
[2] Ibid, 101.
[3] Kata ‘Shang Ti’ berarti dewa Langit, yaitu dewa yang tertinggi di antara banyak dewa/i lainnya di dalam kepercayaan masyarakat Cina.
[4] Kata ‘God’ berasal dari panggilan bangsa-bangsa Teutonic (Anglo Saxon, Belanda, Jerman, dan Scandinavia) terhadap obyek sembahan mereka. Seperti kata ‘Theos’ di Yunani dan ‘Deus’ di latin, kata ini ditujukan kepada semua keberadaan ilahi yang melampaui manusia dan menguasai alam serta manusia di dalam mitologi penyembahan berhala mereka.
Di dalam etimology populer, kata ‘God’ dikaitkan dengan kata ‘good’ (=baik). Menurut The New English Dictionary, kata asli dari ‘God’ adalah GHEU (cat.: akar kata bahasa  Aryan) yang berarti: ‘to invoke’ (memanggil Allah) dan menuangkan (dalam upacara persembahan korban).
Kemudian ketika Injil dikabarkan kepada masyarakat ini, kata ‘God’ dipakai untuk menyebut Allah Sang Pencipta, Allah yang Tritunggal (Walter Yust, Encyclopedia Britannica: A New Survey of Universal Knowledge, vol. 10, s. v. “God”).

Apapun nama panggilan-Nya, yang terpenting adalah apakah ada pemahaman yang benar tentang Pribadi-Nya dan adakah persekutuan pribadi antara umat dengan DiriNya? Rasul Yohanes juga pernah menggunakan kata “Logos” yang telah dipahami oleh masyarakat Yunani beberapa abad sebelum Injil diberitakan kepada mereka. Kata ‘Logos’ di dalam Stoicisme adalah suatu prinsip yang mengatur alam semesta sehingga tidak kacau-balau. Di dalam kekristenan, kata itu diberi pemahaman yang baru, yakni ‘Logos telah menjadi daging’ (menjadi satu pribadi yakni Tuhan Yesus Kristus, Yoh. 1:14).

1.      Dari Alkitab kita mengetahui, bahwa Sang Pencipta itu hanya dapat dikenal dan dihubungi secara pribadi di dalam Diri Tuhan Yesus Kristus.  Barangsiapa telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa….” (Yoh.14:9b, bnd. Yoh. 17:3; 1 Tim.2:5). Tuhan menentang orang yang sering menyebut Nama-Nya, tetapi sebenarnya tidak mempunyai hubungan Pribadi denganNya (mis. Mat. 7:22-23; Mrk. 24:5).

2.      Di dalam Alkitab, NAMA bukan sekedar nama tetapi menunjuk pada PRIBADI orang itu. Misalnya: nama ‘Nabal’ (1 Sam. 25:25), nama ‘Abraham’ (=bapa dari banyak orang), Yesus (= Juruselamat). Di dalam Kel. 34:14, YHWH memberi nama lain bagi Diri-Nya, yakni: CEMBURUAN (Jealous), maksudnya: Pribadi-Nya cemburuan. Dia tidak mau umatNya menyembah dewa/I lain (bnd. pula Yes. 48:9). Syarat utama untuk menjadi ‘anak-anak Allah’ adalah ‘percaya dalam nama-Nya’, maksudnya: memiliki persekutuan pribadi dengan Dia (Tuhan Yesus).

3.      Jadi, orang Kristen di Indonesia boleh saja memakai nama ‘Allah’ di dalam menyebut Diri sang Pencipta, Penebus dan Pemelihara hidup kita. Tuhan Yesus adalah satu-satunya Perantara di antara Allah yang benar dengan manusia yang berdosa.